CERPEN UNTUK SAHABATKU OKA SEPTIADI

Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Gombang yang memang letaknya sangat terpencil dari pusat keramaian. Pada hari Selasa, 25 Desember 2005 itu sekolah pulang pagi karena besok ruang kelas akan dibersihkan untuk Try Out kakak kelas 6.
  




“Yeeeee.....!”teriak ku kesenangan waktu bapak guru mengumumkan kalau pulang pagi.

Seperti biasa, aku pulang mengendarai sepeda mini warna biru putih yang dulu bekas sepedannya kakakku. Aku setiap hari pulang bersama teman dari desa, temanku yang bernama Oka adalah teman akrab sekaligus tetenggaku. Dia sejak kecil sudah menjadi sahabatku, walaupun dia anak orang miskin tapi aku tak memikirkan hal itu.  Aku merasa kasihan sama dia, sejak umur 7 tahun ayahnya meninggalkan dia dan ibunya serta seorang kakak dan satu orang adik. Entah kemana pergi ayahnya itu, sampai sekarangpun tidak ada kabar sama sekali. Dulu kata ibuku, ayahnya Oka pergi ke Bandung untuk bekerja. Tapi sampai sekarang bagaikan kacang lupa akan kulitnya.
“Hmmm...ayah macam apa itu, meninggalkan anak dan istrinya sampai sekarang”gumamku dalam hati.
 Kulihat Oka sudah bersiap-siap untuk mengoes sepedanya keluar tempat parkir.
“Eh...tunggu Oka ! Aku bareng kamu pulangnya ya ? “ panggilku, sambil lari ngosngosan mengejar Oka.
“Iya nan, cepat sana ambil sepedamu”jawabnya dengan pelan.
Akupun langsung mengambil sepedaku yang memang sudah kusam itu.
Sampai dijalan, kami berdua pasti tak lupa dengan hobi kami, yaitu saling ejek mengejek dan dorong-dorongan stang sepeda sambil tertawa-tawa.
“Eh Oka, nanti maen kerumahku lagi yuk, kita maen petak umpet lagi, kamu ngajak Maya ya?”
“Oke deh nan, tapi aku nanti tak bantu emakku kesawah dulu ya?”jawabnya.
“Siip !” jawabku dengan menunjukkan jari jempolku pada dia.
Aku, Oka dan Maya adalah sahabat sejak kecil. Kami setiap hari pasti selalu pulang sore dan dimarahin ibu kami gara-gara kelamaan bermain. Cuma si Maya sudah kelas 6 waktu itu, umur kami bertiga hampir sama.
 Setelah sampai dirumah, nenekku menyiapkan makan untukku, ibu dan ayah masih bekerja dan belum pulang. Apalagi kakakku juga belum pulang, dia masih sekolah di SMA.
Acara televisi siang ini tak satupun membuat aku tertarik. Kalau sudah begini aku bingung entah apa yang harus aku lakukan. Aku menunggu si Oka belum datang-datang. Dan sepuluh menit kemudian.
“Hei nany !” teriak Oka dari depan pintu sambil berlumur keringat di keningnya. Dan disampingnya sudah ada Maya.
“Hei Oka, lama banget kamu, huh !” seruku sambil kesal dan mata melotot.
“Maaf nan, tadi aku bantu emakku ‘Naju’ disawah” jawabnya dengan nada lemah dan sambil mengelap keringat dengan bajunya.
Saat itu kami bertiga seperti biasa bermain petak umpet dan sehabis bermain itu kami beranjak ke pinggir sawah untuk mencari buah ‘Talok’ yang sedang berbuah banyak.
Oka dan Maya mulai memanjat pohon yang lumayan pendek itu. Tapi aku juga tetap tidak berani untuk memanjat.
“Eh Oka, aku mbok ambilin Talok yang merah itu, aku takut kalau manjat pohon” seruku.
Lantas si Oka dengan tangan cekatannya mengambili talok yang sudah matang itu. Dia mendapat segengam talok. Lalu dia turun dan menaruh talok hasil panjatannya itu ke tangan ku. Lalu dia berjabat tangan kepadaku. Entah mengapa pada saat itu si Oka berjabat tangan denganku, biasannya dia tidak begitu.
“Eh makasih ya Oka. Tapi kenapa kamu jabat tangan ku?” kataku yang sambil terheran-heran.
“Tidak apa-apa kok nan, hehe...” jawab Oka sambil tertawa kecil.
“Ciyee...ciyee...Oka!” sahut Maya seketika.
Hari itu matahari makin panas dan kami bertiga pun memutuskan untuk pulang ke rumah, selain itu aku juga punya jadwal les jam dua siang. Tetapi ada yang aneh, si Oka yang biasanya ikut kami pulang tiba-tiba dia diajak mandi ke kali sama teman-temannya yang ada dilain desa.
“Oka? Kamu mau kemana? Nanti kamu dicariin emakmu” seruku dengan nada keras.
“Aku mau mandi ke kali nan, sama teman-temanku, tadi pas disawah sama emak, aku sudah janji mau ikut mandi sama teman-teman” jawab Oka.
“Oh, yaudah deh, tapi hati-hati ya kesananya?” kataku sambil menepuk pundak Oka.
 Dan aku pun pulang sama si Maya. Dipertigaan jalan aku dan Maya berpisah, Aku belok kanan dan Maya belok ke kiri.
“Daa Maya?” seruku.
“Daa juga nan, sampai besok ya?” jawab Maya sambil melambaikan tangannya.
Akupun mandi dan menyiapkan peralatan lesku sambil menunggu tanteku yang akan mengantar aku.
Terdengar suara huru hara diluar rumah dan orang-orang berhamburan keluar, entah mengapa jantungku saat itu berdetak kencang seperti genderang yang mau perang. Aku pun berlari dan bertanya kepada pakdheku.
“Ada apa ini pakdhe?” tanyaku sambil penasaran.
“Oka ndug, Oka ‘klelep kali’ “ jawabnya sambil menuding kali yang berada diselatan desaku.
Aku pun spontan langsung meneteskan air mata,lemas dan masih tidak percaya. Beberapa saat aku menunggu dijalan bersama orang-orang tadi, lewatlah motor yang membawa Oka sambil digendhong dan mulut Oka keluar busa-busanya.
“Ya Allah.....” teriak orang-orang yang serentak bersamaan dan mengelus dada.
Waktu itu aku pengen ngikutin orang-orang kerumah Oka, tapi aku sudah ditunggu tanteku untuk mengantarku les. Dalam hatiku berdoa agar dia cepat sadar dari pingsannya itu.Amin.
Pulang dari les sudah jam 5 sore, aku pulang dengan rasa buru-buru ingin menjenguk Oka. Sesampai dirumah.
“Ibuk? Kenapa dijalan ada bunga-bunga banyak kaya gini? “ tanyaku sambil bengong.
“Oka meninggal nduk. “ jawab ibuku sambil mengelus punggungku.
“Apa buk!!!!!!!!? Enggak buk ! Enggak mungkin Oka meninggal ! Enggak mungkin buk ! Tadi Oka cuma pingsan kan?” seruku sambil menjatuhkan tas saking kaget dan shocknya.
Saat itu aku menangis sambil bergulung-gulung dilantai. Aku masih belum bisa menerima kenyataan kalau Oka sudah tidak ada. Jabat tangannya tadi siang tanda perpisahan buat aku. Semalaman air mataku tidak berhenti menetes. Aku menyesal tidak mengikuti acara pemakaman sahabatku, dan bertemu untuk terakhir kalinya, kenapa tadi aku berangkat les dan kenapa aku tadi tidak melarang Alm.Oka untuk pergi ke kali. Ya Allah, aku merasa menyesal dan bersalah sekali.
Keesokan harinya, aku bangun dengan mata memerah karena semalaman menangis. Aku pergi keluar rumah, dan melihat bunga-bunga masih berserakan dijalan depan rumahku. Kini hanya bayangannya saja yang menemani aku setiap hari. Setelah 7 hari meninggalnya Oka, aku mengajak ibuku untuk pergi kemakam Oka. Sampai-sampai suatu hari berita tentang Oka dimuat disurat kabar. Dan sampai sekarang kenangan terindah bersamanya masih melekat dihatiku.
           
Sahabat terbaik dalam mengejar mimpi

Teman terhebatku untuk dapat berdiri                                    

Kawan yang tepat untuk sharing hal-hal kecil

Masih tergambar jelas alunan takdir

Bicara, tertawa, bertingkah semaunya

Sudah saatnya kau tenang di alam sana

Hari – hari yang kan ku jalani

kini semua kan terasa sunyi …

Walau hampa pasti ku hadapi

ku ucapkan selamat jalan …

selamat jalan teman, semoga kau tenang

Semua canda tawa bayangmu takkan pernah hilang

Dalam setiap langkah, kau selalu ada

Sampai kini ku tak percaya kau telah tiada

Mungkin batu nisan pisahkan dunia kita

Namun ambisimu kan kujaga selalu membara

Gapailah doa yang slalu kubaca

Menemani langkahmu menuju singgasana surga

Selamat tinggal

tidur yang lelap

mimpi yang indah.



Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal
Category:

0 komentar:

Posting Komentar

Search Terms : property home overseas properties property county mobil sedan oto blitz black pimmy ride Exotic Moge MotoGP Transportasi Mewah free-islamic-blogspot-template cute blogger template free-blog-skins-templates new-free-blogger-templates good template blogger template blogger ponsel Download template blogger Free Software Blog Free Blogger template Free Template for BLOGGER Free template sexy Free design Template theme blogspot free free classic bloggerskin download template blog car template website blog gratis daftar html template kumpulan templet Honda SUV car body design office property properties to buy properti new